KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur bagi TUHAN YANG MAHA ESA yang telah karena kuasa dan anugrah nya
saya masih di beri kesehatan untuk dapat menyelesaikan proposal penelitian tentang penggunaan model pembelajaran
berbasis masalah/problem based learning(PBL)
dalam pembelajaran PJOK/senam, proposal penelitian ini dibuat sebagai tugas
akhir mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dalam
penelitian ini saya mencoba membandingkan model pembelajaran langsung gaya
komando dengan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning (PTK) menggunakan gaya resiprokal tehadap
kefektifan aktu dan keaktifan siswa dalam pembelajaran senam. Dalam pemilihan
dan penyusunan nya saya mengucapkan terimakasih sebesar besar nya kepada : Pak Drs.
H. Toto Subroto, M,Pd sebagai dosen mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang telah membimbing saya hingga dapat menyelesaikan Penelitian ini walaupun
masih banyak kekurangan,juga kepada orangtua saya tentu nya berkat doa nya juga
teman-teman yang terlibat membantu dan sangat banyak memberi masukan dalam
pembuatan penelitian ini.
Penelitian ini adalah yang pertama
saya buat jadi saya berharap semoga dengan kekurangan atau kelebihan dalam
proposal penelitian ini bisa terima masyarakat dengan baik,dan saya
mengharapkan kritik dan sarannya guna dalam hal perbaikan untuk kedepan.
Demikian
makalah ini saya buat semoga bermanfaat saya ucapkan terimakasih.
Bandung,
20 Desember 2016
DANTA
M.SIBARANI
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembelajaran yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah
penting agar siswa dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat
menampilkan kinerja yang terbaik. Pembelajaran yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah
yang warga sekolahnya bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan
hubungan antar warga sekolahnya positif.
pembelajaran yang aman, nyaman, dan disiplin bergantung pada model atau gaya yang diterapkan seorang guru ketika proses pembelajaran.
pembelajaran yang aman, nyaman, dan disiplin bergantung pada model atau gaya yang diterapkan seorang guru ketika proses pembelajaran.
Model pembelajaran sangat penting guna memperjelas prosedur,
hubungan serta keadaan keseluruhan dari apa yang didesain, dengan adanya model
maka berbagai kegiatan yang dicakupnya dikendalikan dan yang terpenting adalah
dapat mengindentifikasi secara tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika
terdapat ketidaksesusaian dari apa yang telah dirumuskan.
Dalam proses pembelajaran senam, pada umumnya guru sering
memakai model pembelajaran langsung (direct
instruction) dengan gaya komando. Tujuan model pembelajaran langsung adalah
untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, peran guru sebagai
penyampai informasi atau sumber pembelajaran dan biasanya sering melakukan
pembelajaran dengan cara mendemostrasikan keterampilan. Tetapi kelemahan yang
sangat penting yaitu siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat
secara akftif, dan sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka. Hal yang mendasari kelemahan tersebut adalah tuntutan
kurikulum 2013(kuikulum nasional) yang menuntut siswa sebagai pusat
pembelajaran dan terlibat aktif.
Hal
yang terjadi di SMA ANGKASA BANDUNG
ketika dalam pembelajaran senam adalah tidak terdapatnya kefektifan dan
keaktifan siswa dikarenakan hal seperti :
1.
Peran
guru yang tidak mampu menjadi organisator
2.
Tidak
terjadinya umpan balik siswa dan guru terhadap pembelajaran
3.
Siswa
tidak semua aktif dalam kegiatan pembelajaran
4.
Siswa
hanya melihat dan mepraktikan gerakan senam yang di demonstrasikan oleh guru
Model atau gaya mengajar
juga menjadi masalah utama pendidikan khususnya dalam hal keaktifan dan
kefektifan. Dengan model-model yang digunakan oleh guru dapat menentukan
kelangsungan belajar yang menuntut siswa aktif dan pembelajaran yang efektif.
Dan model pembelajaran mempunyai misi dan tujuan tertentu yang dirancang untuk
mengembangkan proses berpikir siswa dan menjadikan mempunyai nilai di tiga
aspek (kognitif, afektif dan psikmotor)
Penulis menemukan hal yang sangat penting atau hangat
dibahas yaitu pembelajaran senam yang dilakukan menggunakan model pembelajaran
langsung dengan gaya komando, hal tersebut sering kita lihat dan sering
dilakukan guru-guru penjas pada umumnya, dan menurut penulis hal itu membuat
siswa menjadi tidak aktif dan merasa “manja” tidak menjadi mandiri dan
menyebakan menurunnya tingkat keingintahuan siswa menurun
Model pembelajaran langusung(gaya komando) juga terdapat
kekurangan yang lain, berdasakan hasil pengamatan yang penulis lakukan adalah
waktu untuk siswa berperan akitf sangat minim, dengan guru sebagai sumber yang
memimpin dan melakukan gerakan senam (gaya komando) menjadi alasan yang sangat
kuat karena tidak semua siswa dapat melakukan, memahami gerana yang diberikan
dan itu menyebabkan hilangnya perhatian siswa ketika pembelajaran.
B. Identifikasi masalah
1. Pembelajaran
senam tidak efektif dan sedikit waktu siswa untuk terlibat aktif
2. Model
pembeajaran langsung dengan gaya komando menjadikan guru sebagai pusat dan
siswa hanya melihat dan melakukan
3. Ketika
pembelajaran fokus siwa berkurang karena banyak gerakan yang sulit dipahami
atau diikuti oleh siswa.
4. Tidak
semua siswa terlibat aktif ketika guru mendemonstrasikan gerakan.
C. Batasan masalah
Dari
banyak nya masalah yang ditemui, peneliti hanya fokus model pembelajaran
langsung dengan gaya komando dalam pembelajaran senam yang digunakan oleh guru
yang menyebabkan tidak efektifnya waktu dan aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran,
D. Rumusan masalah
1. Bagaimana
model pembelajaran langsung dengan gaya komando pembelajaran senam dalam
kefektifan dan keaktifan siswa ?
2. Bagaimana
model pembelajaran problem base leraning dengan
gaya resiprokal terhadap kefektifan dan keaktifan siswa dalam pembelaran
senam ?
E. Tujuan penelitian
1. Untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung dengan gaya komando terhadap
pembelajaran senam
2. Untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran probelm base learning dengan gaya
resiprokal terhadap pembelajaran senam
F. Manfaat
1. Manfaat
praktis
·
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan guna meningkatkan kenyamanan siswa dalam mencapai target belajar siswa
yang diinginkan.
·
Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi siswa
mngerti tugas atau peran siswa dalam pembelajaran model problem base laeraning
·
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi
sarana belajar untuk jadi seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan aktif dan mengeefketifkan waktu belajar siswa sehingga hasil belajar
yang diharapkan memuaskan
2. Manfaat
teoritis
·
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi guna penelitian ini lebih lanjut yang berkaitan dengan model
pembelajaran dan gaya mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
BAB II
KAJIAN
TEORISTIS
A. Tinjauan teori
1. Model pembelajaran langsung (direct instruction) dan gaya Komando
v Defenisi
model pembelajaran langsung
Menurut
Roy Killen (1998:2) dalam model pembelajaran pendidikan jasmani: Dr. Hj. Tite
juliantine, M,Pd dan Drs. H. Toto Subroto, M,Pd adalah direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran
ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung,
misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh
kelas.
Model
pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan
ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung;
(2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran
yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5)
distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam
hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang
disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang
bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan
tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik
terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan
setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
v Tahapan
model pembelajaran langsung (direct
instruction)
Tahapan atau
sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
Ø Orientasi. Sebelum
menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru
memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan
untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3)
memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4)
menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Ø Presentasi. Pada fase
ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam
langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif
pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja
terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Ø Latihan
terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan
latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan
balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang
benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Ø Latihan
terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep
atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Ø Latihan
mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase
ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas
85-90% dalam fase bimbingan latihan.
v Peran
guru dan siswa dalam model pembelajarn langsung
Ø Peran
guru
·
Pembelajaran 2 arah antara guru dan
siswa. Dalam model ini peran guru adalah sebagai sumber
·
Menjelaskan tujuan pembelajaran.
·
Mendemostrasikan keterampilan atau
menyajikan informasi secara bertahap
·
Memberi latihan terbimbing
·
Mengecek kemampuan siswa dan memberi
umpan balik
·
Menyiapkan latihan untuk siswa
Menurut Djamarah
·
Kreator
·
Inspirator
·
Informatory
·
Organisator
·
Motivator
·
Inisiator
·
Fasilitator
·
Pembimbing
·
Pengelola kelas
·
Mediator
·
Supervisor
Ø Peran
siswa
·
Siswa hanya mendengarkan
ceramah/pelajaran oleh guru (penerima informasi)
·
Siswa menyampaikan pendapat dalam atau
dengan diskusi
·
Siswa aktif saat guru memberi kesempatan
seperti menjawab pertanyaan guru
·
Siswa mengajarkan semua aktivitas yang
diperintahkan guru
·
Siswa sebagai obyek penyampai informasi
·
Siswa mampu mengapliakasikan informasi
yang didapat
v Kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran langsung
Ø Kelebihan
·
Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan
isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
·
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar
maupun kecil.
·
Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting
atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut
dapat diungkapkan.
·
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan
informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
·
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan
konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
·
Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang
banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh
seluruh siswa.
·
Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan
pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat
merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
·
Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
·
Secara umum, ceramah adalah cara yang paling
memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres
bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan
dipermalukan.
·
Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk
membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat
menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi
dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
·
Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan
”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan
perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan
perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
·
Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan
mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
·
Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan
pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk
contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
·
Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi)
dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat
di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka
lihat).
·
Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi
pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam
menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan
diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
·
Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat
tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
·
Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi
guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
v Gaya
mengajar komando
Pada
dasarnya, teori yang mendasari gaya ini adalah teori belajar stimulus-respons
yaitu stimulus (perangsang) X akan menghasilkan respon (reaksi prilaku) Y. Bila
siswa secara berulang-ulang melakukan serangkaian stimulus-respon yang telah
direncanakan, maka ia akan menguasai respon tersebut yang relatif tetap. Siswa
adalah sebagai objek yang harus dirangsang terus menerus dan guru yang
memproduksi rangsangannya jadi guru sebagai subjek.
Prosedur
dan langkah-langkahnya sebagai berikut :
·
Guru menyiapkan seperangkat kegiatan
belajar mengajar yang pada umumnya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan,
frekuensi, intensitas, penilaian, dan tujuan pengajaran
·
Guru menetapkan bentuk aba-aba atau
komando berupa verbal atau bentuk lambang lainnya.
·
Demosntrasi yang dilakukan guru sendiri
atau model yang diambil dari sumber lain.
·
Guru menghentikan pengajaran bila ia
menggangap bahwa sisa telah menguasai gerakan yang dimaksud
Unsur karakteristik gaya komando :
·
Semua keputusan dibuat oleh guru.
·
Menuruti petuntuk dan melaksanakan tugas adalah
kegiatan utama siswa.
·
menghasilkan tingkat kegiatan yang
tinggi
·
Dapat membuat siswa merasa terlibat
dan termotivasi
·
Mengembangkan perilaku disiplin, karena harus menaati
prosedur yang telah ditetapkan.
Kelemahan
yang menonjol dari gaya komando ini ialah siswa sering kehilangan
kemandiriaanya, sangat bergantung pada guru dan menurunkan daya kreasinya. Dari
segi proses belajar mengajar, kelemahannya adalah , penggunaan alat pelajarn
tidak efesien karena tidak dapat bergiliran, bisa menimbulkan salah ajar yang
mungkin timbul dari proses belajar mengajar menjadi tidak muncul karena
tersisihkan oleh aba-aba guru, kelemahan lain yang oenting dipertimbangkan
adalah gaya ini sering mematikan motivasi untuk belajar lanjutan atau secara
ekstra.
2. Model pembelajaran berbasis masalah (Probelem based learning) dan gaya mengajar resiprokal
v Defenisi
model pembelajarn berbasis masalah
Adalah Kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa
mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti
diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.
Rumusan dari Dutch (1994),merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama
dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan
untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan
inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan
siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan
sumber pembelajaran yang sesuai.
v Karkteristik
model pembelajaran berbasis masalah
Menurut Arends berbagai pengembangan
pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah memberikan model pengajaran itu
memiliki karakteristik sebagai berikut:
·
Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
·
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika,
ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar
nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
·
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah
mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata.
·
Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk
tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Dalam
pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.
·
Kolaborasi dan kerja sama
Pembelajaran bersdasarkan masalah
dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
v Langkah-langkah
model pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning (PBL) akan
dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan.
Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk
kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:
·
Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami
berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat
dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang
sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
·
Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah
menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.
·
Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan
terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang
membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi
yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam
tahap ini.
·
Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
Bagian yang sudah dianalisis dilihat
keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling
menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya
memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
·
Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan
pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan
mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis
masalah yang dibuat
·
Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu
informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini
saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan kemana
hendak dicarinya.
·
Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru
dan membuat laporan.
v Kelebihan
model pembelajarn berbasis masalah
Pembelajaran Problem Based Learning
atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut:
·
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk memahami isi pelajaran.
·
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
·
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa
·
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
·
Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
·
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain
sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku saja.
·
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa
·
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
·
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada
siswa yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
·
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.
v Kekurangan
model pembelajaran berbasis masalah
Sama halnya dengan model pengajaran
yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki beberapa
kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut diantaranya:
·
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
·
Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem
Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
·
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari
Pada Model pembelajaran
berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan
memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk
tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel. Sintaks Model
pembelajaran berdasarkan masalah
Fase
|
Indikator
|
Aktifitas / Kegiatan Guru
|
1
|
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan,
pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
|
2
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan kelompoknya.
|
5
|
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
|
v Gaya
mengajar resiprokal
Pada gaya
resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu
(dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai
pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator.
Kelompok
siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang
dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan)
yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi
tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi
dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya
mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep
pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer
(pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang
benar. Tanggungjawab dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk
pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik
dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik
lanjutan. Gaya resiprokal juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya
untuk memberikan umpan balik dan peranan ini memungkinkan:
·
peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya
·
umpan balik secara langsung.
Sasaran gaya resiprokal
Tugas
(Materi Pembelajaran):
·
Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan
seorang pengamat
·
Siswa menerima umpan balik langsung
·
Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan
penampilan tugas
Peranan Siswa:
·
Memberi dan menerima umpan balik
·
Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
·
Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
·
Memberikan umpan balik
Akibat ada interaksi social antara siswa dengan pasangannya :
·
Umpan balik langsung
·
Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya
berkomunikasi dengan pengamat
·
Guru memberikan kriteria perilaku yang harus
ditampilkan sebelum pelaksanaan pembelajaran
Peranan Guru
·
Menjawab pertanyaan dari pengamat
·
Berkomunikasi dengan pengamat
·
Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal Hal Yang Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
·
Menerima criteria perilaku
·
Mengamati penampilan perilaku
·
Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan
kriteria perilaku
·
Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada
perilaku
·
Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding
dengan kriteria
·
Guru harus menjawab / mengomentari pertanyaan atau
pernyataan yang disampaikan siswa.
Hal Yang Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
·
Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria
perilaku pengamat
·
Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai
dengan kriteria perilaku
v Kelebihan
dan kekurangan gaya resiprokal
Gaya ini memberikan keuntungan
antara lain :
·
memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda tunda
yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik ini
berupa informasi tentang apa yang diperbuatnya baik yang benar atau yang
keliru.
·
dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil.
Sehingga aspek sosialnya berkembang.
·
meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara
mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman. Pada
dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan suatu proses belajar
mengajar juga.
Kelemahan itu dapat dikemukakan sbb:
·
Sering menimbulkan situasi yang emosional antar
apelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam
menyampaikan informasi yang bersangkutan. Perilaku yang berkelebihan antara
alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi, bergaya mengurui yang
serba tahu.
·
Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap kritik siswa
pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pemah dilakukan sebelumnya. Siswa
pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi ini sering
menimbulkan ketegangan anatara siswa pelaku dan siswa pengamat.
·
Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan
suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi
gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembaran kerja.
B. Kerangka Berpikir
Penerapan
model pembelajaran berbasis masalah/problem
based learning(PLB) merupakan suatu model yang menuntut siswa aktif dalam
menganalisis masalah, mencari masalah dan menemukan solusi yang tepat tehadap
masalah tersebut. Dengan begitu dalam pembelajarannya seorang guru hanya
menjadi penyampai informasi dan sepenuhnya siswa menjadi pusat pembelajaran.
Pemecahan masalah dapat
mengembangkan tingkat kepahaman siswa,
kemampuan berpikir siswa dan siswa dapat menemukan pengetahuan-pengetahuan
baru. Selain dituntut untuk menemukan solusi atas permasalahannya siswa juga
akan mampu mengeplikasikan atau menjelaskan secara rinci dari solusinya
terebut.
Pengaplikian
dalam matapelajaran PJOK terutama dalam senam seperti memberi siswa masalah
yaitu menemukan gerakan senam yang baik dan efektif dengan suber-sumber yang
sudah disediakan, setelah itu siswa membuat gerakan, menemukan
kesalahan-keselahan yang sering terjadi ketika membuat gerakan dan kemudia
mencari solusi secara bersama-sama yang akan di persentasikan di pembelajaran. Dan
dengan menggunakan gaya resriprokal (tugas) menjadikan siswa lebih aktif dan
bertanggung jawab.
Dengan
demikian kemampuan siswa yang berlandaskan aspek koginitif,afektif, dan
psikomot dapat terpenuhi. Kongnitif ketika menemukan solusi dan
mempersentasikanya, afektif ketika
menghargai pendapat teman dan psiokomotor ketika mampu melakukan gerakan yang
sudah di rancang.
Permasalahan
mengenai kefektifan waktu dan keaktifan siswa dapat terpenuhi, waktu
benar-benar efektif,waktu sepenuhnya buat siswa dan waktu yang diberikan mampu
mebuat siswa aktif dalam mencari,menemukan, memecahkan masalah dan menjelaskan
hasil yang didiskusikan.
C. Hipotesis
Berdasarkan teori pembelajaran
dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian
sebelumnya, peneliti dapat menyusun hipotesis tindakan sebagai berikut:
·
Guru mengetahui kekurangan model pembelajaran
langsung dengan gaya komando yang menyebabkan tidak efektifnya waktu dan
aktifnya siswa
·
Guru menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah/problem based learning(PBL)
untuk meningkatkan keaktifan siswa dan memaksimalkan waktu
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian
Secara
operasional tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh peran dari
model pembelajaran berbasis masalah/problem
based learning(PBL) menggunakan gaya mengajar resiprokal dalam
mengefektifkan waktu dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran senam.
B. Fokus Yang Diteliti
Penelitian
ini berfokus pada pengamatan peningkatan keaktifan siswa dan mengefektifkan
waktu untuk siswa dalam pembelajaran senam dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah/problem based learning(PBL)
(gaya resiprokal).
C. Metode Penelitian Yang Digunakan
Metode
peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fakta-fakta yang kemudian diusul dengan analisis (Ratna, 2015;53). Metode
deskriptif analisis dipilih untuk menggambarkan keadaan obejk yang diteliti dan
menemukan hal-hal yang bagian penting dalam penelitian (objek). Dengan demikian
metode deskriptif analisis akan mengahasilkan bentuk kajian yang mendalam
tentang objek yang diteliti.
D. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas ANGKASA Bandung yang bertempat
di jalan Lettu Subbagio no. 22 Bandung
No
|
Nama
Kegiatan
|
november
|
desember
|
januari
|
februaru
|
Maret
|
April
|
|
1
|
Observasi
awal
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Perencanan
tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaan
dan observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
E. Langkah-langkah tindakan
1. Observasi
awal
Pada langkah ini
peneliti melakukan pengamatan awal terhadap informasi mengenai sekolah dan guru
beserta lingkungan sekolahnya juga melakukan wawancara dengan guru pendidikan
jasmani yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan jelas tentang pembelajaran
PJOK disekolah tersebut. Setelah itu mengamati proses pembelajaran senam yang
sedang berlangsung dan melihat segala permasalahan yang terjadi.
2. Perencanaan
tindakaan
·
Mengamati pembelajaran senam dan
menganalisis model dan gaya pembelajaran
·
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
·
Menjalin kerja sama dan kesepatan dengan
observer
3. Pelaksaan
dan obervasi
·
Peneliti melaksanakan proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan mata pelajaran Senam
dengan menggunakan/menerapkan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) dan gaya
mengajar resiprokal yang dirancang dalam RPP
·
Peneliti mencatat permasalahan yang
muncul ketika pelaksanaan pembelajaran dalam catatan lapangan
·
Observer bertugas mengamati proses
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan lembar observer yang diisi tersebut
4. Refleksi
Peneliti bersama
observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan/observasi dari proses
pembelajaran untuk mencari kelemahan dan pengaruh hasil belajar ketika
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) dengan gaya mengajar resiprokal untuk
meningkatan kefektifan waktu dan keaktifan siswa dalam pembelajaran PJOK Senam
5. Sumber
dan Jenis Data Penelitian
·
Sumber Data
Ø Siswa
Ø Guru
Ø Lingkugan
siswa
Ø Dokumen
·
Jenis data
Data dari penelitian
ini bersifat Kualitatif yang berarti merupakan pandangan atau opini-opini yang
dikeluarkan oleh observer ketika mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dari awal sampai akhir pembelajaran.
·
Alat Pengumpul Data
Ø Format
observasi
Ø Catatan
lapangan
Ø Format
penilaian pembelajaran
Ø Kamera
6. Teknik
Analisis Data
Teknik analisi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Tringualasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik Tringulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya (Moleong,2005:3)
DAFTAR PUSTAKA
Tite, dkk. 2015. Model Model
Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sumber: Disarikan dari Depdiknas.
2009. Modul KKG/MGMP
http://new.edulab.co.id/model-pembelajaran-langsung-direct-instruction/
M. Taufiq Amir (2009). Inovasi
Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Media Group
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar