Minggu, 12 Maret 2017

model pembelajaran berbasis masalah (problem base learning) gaya resiprokal dalam pemebelajaran senam terhadap keaktifan siswa dan kefektifan waktu



KATA PENGANTAR


Segala puji syukur bagi TUHAN YANG MAHA ESA yang telah karena kuasa dan anugrah nya saya masih di beri kesehatan untuk dapat menyelesaikan proposal penelitian  tentang penggunaan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) dalam pembelajaran PJOK/senam, proposal penelitian ini dibuat sebagai tugas akhir mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dalam penelitian ini saya mencoba membandingkan model pembelajaran langsung gaya komando dengan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning (PTK) menggunakan gaya resiprokal tehadap kefektifan aktu dan keaktifan siswa dalam pembelajaran senam. Dalam pemilihan dan penyusunan nya saya mengucapkan terimakasih sebesar besar nya kepada : Pak Drs. H. Toto Subroto, M,Pd sebagai dosen mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah membimbing saya hingga dapat menyelesaikan Penelitian ini walaupun masih banyak kekurangan,juga kepada orangtua saya tentu nya berkat doa nya juga teman-teman yang terlibat membantu dan sangat banyak memberi masukan dalam pembuatan penelitian ini.
            Penelitian ini adalah yang pertama saya buat jadi saya berharap semoga dengan kekurangan atau kelebihan dalam proposal penelitian ini bisa terima masyarakat dengan baik,dan saya mengharapkan kritik dan sarannya guna dalam hal perbaikan untuk kedepan.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat saya ucapkan terimakasih.

Bandung, 20 Desember 2016

DANTA M.SIBARANI               



DAFTAR ISI
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Pembelajaran yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Pembelajaran  yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolahnya bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif.
pembelajaran yang aman, nyaman, dan disiplin bergantung pada model atau gaya yang diterapkan seorang guru ketika proses pembelajaran.
Model pembelajaran sangat penting guna memperjelas prosedur, hubungan serta keadaan keseluruhan dari apa yang didesain, dengan adanya model maka berbagai kegiatan yang dicakupnya dikendalikan dan yang terpenting adalah dapat mengindentifikasi secara tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika terdapat ketidaksesusaian dari apa yang telah dirumuskan.
Dalam proses pembelajaran senam, pada umumnya guru sering memakai model pembelajaran langsung (direct instruction) dengan gaya komando. Tujuan model pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, peran guru sebagai penyampai informasi atau sumber pembelajaran dan biasanya sering melakukan pembelajaran dengan cara mendemostrasikan keterampilan. Tetapi kelemahan yang sangat penting yaitu siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara akftif, dan sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. Hal yang mendasari kelemahan tersebut adalah tuntutan kurikulum 2013(kuikulum nasional) yang menuntut siswa sebagai pusat pembelajaran dan terlibat aktif.
Hal yang terjadi di SMA ANGKASA BANDUNG  ketika dalam pembelajaran senam adalah tidak terdapatnya kefektifan dan keaktifan siswa dikarenakan hal seperti :
1.      Peran guru yang tidak mampu menjadi organisator
2.      Tidak terjadinya umpan balik siswa dan guru terhadap pembelajaran
3.      Siswa tidak semua aktif dalam kegiatan pembelajaran
4.      Siswa hanya melihat dan mepraktikan gerakan senam yang di demonstrasikan oleh guru
Model atau gaya mengajar  juga menjadi masalah utama pendidikan khususnya dalam hal keaktifan dan kefektifan. Dengan model-model yang digunakan oleh guru dapat menentukan kelangsungan belajar yang menuntut siswa aktif dan pembelajaran yang efektif. Dan model pembelajaran mempunyai misi dan tujuan tertentu yang dirancang untuk mengembangkan proses berpikir siswa dan menjadikan mempunyai nilai di tiga aspek (kognitif, afektif dan psikmotor)
Penulis menemukan hal yang sangat penting atau hangat dibahas yaitu pembelajaran senam yang dilakukan menggunakan model pembelajaran langsung dengan gaya komando, hal tersebut sering kita lihat dan sering dilakukan guru-guru penjas pada umumnya, dan menurut penulis hal itu membuat siswa menjadi tidak aktif dan merasa “manja” tidak menjadi mandiri dan menyebakan menurunnya tingkat keingintahuan siswa menurun
Model pembelajaran langusung(gaya komando) juga terdapat kekurangan yang lain, berdasakan hasil pengamatan yang penulis lakukan adalah waktu untuk siswa berperan akitf sangat minim, dengan guru sebagai sumber yang memimpin dan melakukan gerakan senam (gaya komando) menjadi alasan yang sangat kuat karena tidak semua siswa dapat melakukan, memahami gerana yang diberikan dan itu menyebabkan hilangnya perhatian siswa ketika pembelajaran.











B.     Identifikasi masalah


1.      Pembelajaran senam tidak efektif dan sedikit waktu siswa untuk terlibat aktif
2.      Model pembeajaran langsung dengan gaya komando menjadikan guru sebagai pusat dan siswa hanya melihat dan melakukan
3.      Ketika pembelajaran fokus siwa berkurang karena banyak gerakan yang sulit dipahami atau diikuti oleh siswa.
4.      Tidak semua siswa terlibat aktif ketika guru mendemonstrasikan gerakan.  

C.    Batasan masalah

Dari banyak nya masalah yang ditemui, peneliti hanya fokus model pembelajaran langsung dengan gaya komando dalam pembelajaran senam yang digunakan oleh guru yang menyebabkan tidak efektifnya waktu dan aktifnya siswa dalam proses pembelajaran,

D.    Rumusan masalah

1.      Bagaimana model pembelajaran langsung dengan gaya komando pembelajaran senam dalam kefektifan dan keaktifan siswa ?
2.      Bagaimana model pembelajaran problem base leraning dengan gaya resiprokal terhadap kefektifan dan keaktifan siswa dalam pembelaran senam  ?

E.     Tujuan penelitian

1.      Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung dengan gaya komando terhadap pembelajaran senam
2.      Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran probelm base learning dengan gaya resiprokal terhadap pembelajaran senam

F.     Manfaat

1.      Manfaat praktis
·         Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan guna meningkatkan kenyamanan siswa dalam mencapai target belajar siswa yang diinginkan.
·         Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi siswa mngerti tugas atau peran siswa dalam pembelajaran model problem base laeraning
·         Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk jadi seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan aktif dan mengeefketifkan waktu belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan memuaskan

2.      Manfaat teoritis
·         Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guna penelitian ini lebih lanjut yang berkaitan dengan model pembelajaran dan gaya mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. 






















BAB II

KAJIAN TEORISTIS

A.    Tinjauan teori

1.      Model pembelajaran langsung (direct instruction) dan gaya Komando

v  Defenisi model pembelajaran langsung
Menurut Roy Killen (1998:2) dalam model pembelajaran pendidikan jasmani: Dr. Hj. Tite juliantine, M,Pd dan Drs. H. Toto Subroto, M,Pd adalah direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
v  Tahapan model pembelajaran langsung (direct instruction)
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
Ø  Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Ø  Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Ø  Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Ø  Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Ø  Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.





v  Peran guru dan siswa dalam model pembelajarn langsung
Ø  Peran guru
·         Pembelajaran 2 arah antara guru dan siswa. Dalam model ini peran guru adalah sebagai sumber
·         Menjelaskan tujuan pembelajaran.
·         Mendemostrasikan keterampilan atau menyajikan informasi secara bertahap
·         Memberi latihan terbimbing
·         Mengecek kemampuan siswa dan memberi umpan balik
·         Menyiapkan latihan untuk siswa
Menurut Djamarah
·         Kreator
·         Inspirator
·         Informatory
·         Organisator
·         Motivator
·         Inisiator
·         Fasilitator
·         Pembimbing
·         Pengelola kelas
·         Mediator
·         Supervisor
Ø  Peran siswa
·         Siswa hanya mendengarkan ceramah/pelajaran oleh guru (penerima informasi)
·         Siswa menyampaikan pendapat dalam atau dengan diskusi
·         Siswa aktif saat guru memberi kesempatan seperti menjawab pertanyaan guru
·         Siswa mengajarkan semua aktivitas yang diperintahkan guru
·         Siswa sebagai obyek penyampai informasi
·         Siswa mampu mengapliakasikan informasi yang didapat

v  Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung
Ø  Kelebihan
·         Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
·         Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
·         Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
·         Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
·         Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
·         Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
·         Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
·         Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
·         Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
·         Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
·         Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
·         Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
·         Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
·         Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
·         Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
·         Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
·         Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
v  Gaya mengajar komando
Pada dasarnya, teori yang mendasari gaya ini adalah teori belajar stimulus-respons yaitu stimulus (perangsang) X akan menghasilkan respon (reaksi prilaku) Y. Bila siswa secara berulang-ulang melakukan serangkaian stimulus-respon yang telah direncanakan, maka ia akan menguasai respon tersebut yang relatif tetap. Siswa adalah sebagai objek yang harus dirangsang terus menerus dan guru yang memproduksi rangsangannya jadi guru sebagai subjek.



Prosedur dan langkah-langkahnya sebagai berikut :

·         Guru menyiapkan seperangkat kegiatan belajar mengajar yang pada umumnya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan, frekuensi, intensitas, penilaian, dan tujuan pengajaran
·         Guru menetapkan bentuk aba-aba atau komando berupa verbal atau bentuk lambang lainnya.
·         Demosntrasi yang dilakukan guru sendiri atau model yang diambil dari sumber lain.
·         Guru menghentikan pengajaran bila ia menggangap bahwa sisa telah menguasai gerakan yang dimaksud
Unsur karakteristik gaya komando :
·         Semua keputusan dibuat oleh guru.
·         Menuruti petuntuk dan melaksanakan tugas adalah kegiatan utama siswa.
·          menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
·          Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
·         Mengembangkan perilaku disiplin, karena harus menaati prosedur yang telah ditetapkan.
Kelemahan yang menonjol dari gaya komando ini ialah siswa sering kehilangan kemandiriaanya, sangat bergantung pada guru dan menurunkan daya kreasinya. Dari segi proses belajar mengajar, kelemahannya adalah , penggunaan alat pelajarn tidak efesien karena tidak dapat bergiliran, bisa menimbulkan salah ajar yang mungkin timbul dari proses belajar mengajar menjadi tidak muncul karena tersisihkan oleh aba-aba guru, kelemahan lain yang oenting dipertimbangkan adalah gaya ini sering mematikan motivasi untuk belajar lanjutan atau secara ekstra.




2.     Model pembelajaran berbasis masalah (Probelem based learning) dan gaya mengajar resiprokal

v  Defenisi model pembelajarn berbasis masalah
Adalah Kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.
Rumusan dari Dutch (1994),merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
v  Karkteristik model pembelajaran berbasis masalah
Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
·         Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
·         Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.



·         Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
·         Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.
·         Kolaborasi dan kerja sama
Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
v  Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:
·         Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
·         Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.



·         Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
·         Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
·         Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
·         Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan kemana hendak dicarinya.
·         Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.








v  Kelebihan model pembelajarn berbasis masalah
Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut:
·         Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. 
·         Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
·         Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa 
·         Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 
·         Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 
·         Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan  cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. 
·         Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa 
·         Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru 
·         Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 
·         Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
v  Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut diantaranya:
·         Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 
·         Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 
·         Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari

Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel. Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase
Indikator
Aktifitas / Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.



v  Gaya mengajar resiprokal
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator.
Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan. Gaya resiprokal juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk memberikan umpan balik dan peranan ini memungkinkan:
·         peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya
·         umpan balik secara langsung.
Sasaran gaya resiprokal
Tugas (Materi Pembelajaran):
·         Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat
·         Siswa menerima umpan balik langsung
·         Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan penampilan tugas
Peranan Siswa:
·         Memberi dan menerima umpan balik
·         Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
·          Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
·         Memberikan umpan balik
Akibat ada interaksi social antara siswa dengan pasangannya :
·         Umpan balik langsung
·         Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya berkomunikasi dengan pengamat
·         Guru memberikan kriteria perilaku yang harus ditampilkan sebelum pelaksanaan pembelajaran
Peranan Guru
·         Menjawab pertanyaan dari pengamat
·         Berkomunikasi dengan pengamat
·         Memantau pelaksanaan pembelajaran



Hal Hal Yang Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
·         Menerima criteria perilaku
·         Mengamati penampilan perilaku
·         Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan kriteria perilaku
·         Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada perilaku
·         Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding dengan kriteria
·         Guru harus menjawab / mengomentari pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan siswa.
Hal Yang Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
·         Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria perilaku pengamat
·         Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai dengan kriteria perilaku
v  Kelebihan dan kekurangan gaya resiprokal
Gaya ini memberikan keuntungan antara lain :
·         memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik ini berupa informasi tentang apa yang diperbuatnya baik yang benar atau yang keliru.
·         dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil. Sehingga aspek sosialnya berkembang.
·         meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman. Pada dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan suatu proses belajar mengajar juga.
Kelemahan itu dapat dikemukakan sbb:
·         Sering menimbulkan situasi yang emosional antar apelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan. Perilaku yang berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi, bergaya mengurui yang serba tahu.
·         Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pemah dilakukan sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi ini sering menimbulkan ketegangan anatara siswa pelaku dan siswa pengamat.
·         Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembaran kerja.

 

B.     Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PLB) merupakan suatu model yang menuntut siswa aktif dalam menganalisis masalah, mencari masalah dan menemukan solusi yang tepat tehadap masalah tersebut. Dengan begitu dalam pembelajarannya seorang guru hanya menjadi penyampai informasi dan sepenuhnya siswa menjadi pusat pembelajaran.
            Pemecahan masalah dapat mengembangkan  tingkat kepahaman siswa, kemampuan berpikir siswa dan siswa dapat menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. Selain dituntut untuk menemukan solusi atas permasalahannya siswa juga akan mampu mengeplikasikan atau menjelaskan secara rinci dari solusinya terebut.
Pengaplikian dalam matapelajaran PJOK terutama dalam senam seperti memberi siswa masalah yaitu menemukan gerakan senam yang baik dan efektif dengan suber-sumber yang sudah disediakan, setelah itu siswa membuat gerakan, menemukan kesalahan-keselahan yang sering terjadi ketika membuat gerakan dan kemudia mencari solusi secara bersama-sama yang akan di persentasikan di pembelajaran. Dan dengan menggunakan gaya resriprokal (tugas) menjadikan siswa lebih aktif dan bertanggung jawab.
Dengan demikian kemampuan siswa yang berlandaskan aspek koginitif,afektif, dan psikomot dapat terpenuhi. Kongnitif ketika menemukan solusi dan mempersentasikanya, afektif  ketika menghargai pendapat teman dan psiokomotor ketika mampu melakukan gerakan yang sudah di rancang.
Permasalahan mengenai kefektifan waktu dan keaktifan siswa dapat terpenuhi, waktu benar-benar efektif,waktu sepenuhnya buat siswa dan waktu yang diberikan mampu mebuat siswa aktif dalam mencari,menemukan, memecahkan masalah dan menjelaskan hasil yang didiskusikan.

C.     Hipotesis

Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti dapat menyusun hipotesis tindakan sebagai berikut:
·         Guru mengetahui kekurangan model pembelajaran langsung dengan gaya komando yang menyebabkan tidak efektifnya waktu dan aktifnya siswa
·         Guru menerapkan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) untuk meningkatkan keaktifan siswa dan memaksimalkan waktu















BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A.    Tujuan Operasional Penelitian

Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh peran dari model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) menggunakan gaya mengajar resiprokal dalam mengefektifkan waktu dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran senam.

B.     Fokus Yang Diteliti

Penelitian ini berfokus pada pengamatan peningkatan keaktifan siswa dan mengefektifkan waktu untuk siswa dalam pembelajaran senam dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) (gaya resiprokal).

C.    Metode Penelitian Yang Digunakan

Metode peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian diusul dengan analisis (Ratna, 2015;53). Metode deskriptif analisis dipilih untuk menggambarkan keadaan obejk yang diteliti dan menemukan hal-hal yang bagian penting dalam penelitian (objek). Dengan demikian metode deskriptif analisis akan mengahasilkan bentuk kajian yang mendalam tentang objek yang diteliti.

D.    Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas ANGKASA Bandung yang bertempat di jalan Lettu Subbagio no. 22 Bandung

No
Nama Kegiatan
november
desember
januari
februaru
Maret
April

1
Observasi awal








2
Perencanan tindakan







3
Pelaksanaan dan observasi







4
Refleksi











E.     Langkah-langkah tindakan

1.      Observasi awal
Pada langkah ini peneliti melakukan pengamatan awal terhadap informasi mengenai sekolah dan guru beserta lingkungan sekolahnya juga melakukan wawancara dengan guru pendidikan jasmani yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan jelas tentang pembelajaran PJOK disekolah tersebut. Setelah itu mengamati proses pembelajaran senam yang sedang berlangsung dan melihat segala permasalahan yang terjadi.
2.      Perencanaan tindakaan
·         Mengamati pembelajaran senam dan menganalisis model dan gaya pembelajaran
·         Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
·         Menjalin kerja sama dan kesepatan dengan observer
3.      Pelaksaan dan obervasi
·         Peneliti melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan mata pelajaran Senam dengan menggunakan/menerapkan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) dan gaya mengajar resiprokal yang dirancang dalam RPP
·         Peneliti mencatat permasalahan yang muncul ketika pelaksanaan pembelajaran dalam catatan lapangan
·         Observer bertugas mengamati proses pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan lembar observer yang diisi tersebut
4.      Refleksi
Peneliti bersama observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan/observasi dari proses pembelajaran untuk mencari kelemahan dan pengaruh hasil belajar ketika menerapkan model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning(PBL) dengan gaya mengajar resiprokal untuk meningkatan kefektifan waktu dan keaktifan siswa dalam pembelajaran PJOK Senam

5.      Sumber dan Jenis Data Penelitian
·         Sumber Data
Ø  Siswa
Ø  Guru
Ø  Lingkugan siswa
Ø  Dokumen
·         Jenis data
Data dari penelitian ini bersifat Kualitatif yang berarti merupakan pandangan atau opini-opini yang dikeluarkan oleh observer ketika mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh guru dari awal sampai akhir pembelajaran.

·         Alat Pengumpul Data
Ø  Format observasi
Ø  Catatan lapangan
Ø  Format penilaian pembelajaran
Ø  Kamera
6.      Teknik Analisis Data
Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Tringualasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik Tringulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya (Moleong,2005:3)


























DAFTAR PUSTAKA

Tite, dkk. 2015. Model Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sumber: Disarikan dari Depdiknas. 2009. Modul KKG/MGMP
http://new.edulab.co.id/model-pembelajaran-langsung-direct-instruction/
M. Taufiq Amir (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Media Group 



















LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar